BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan ilmu radiologi yang sejalan dengan
kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu pada umumnya menghasilkan pemeriksaan
diagnostik (diagnostik imaging) yang semakin informatif. Perkembangan
ilmu radiologi yang juga diiringi perkembangan peralatan radiologi yang semakin
mutakhir menuntut manusia untuk meningkatkan kualitas, ketrampilan dan kinerja
radiografer.Oleh karena itu,Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah merupakan salah
satu program untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mahasiswa jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi dalam bidang teknik pemeriksaan
Radiologi.
Di antara
teknik pemeriksaan radiologi yang dipelajari adalah teknik pemeriksaan vertebra
thoracal.Dalam pembuatan laporan kasus ini, penulis tertarik karena pada teknik
pemeriksaan vertebra thoracal pada kasus tuberculosis tulang ditambahkan
proyeksi thorak AP atas permintaan dokter spesialis radiologi karena
pertimbangan tertentu.Oleh karena itu penulis mengangkat kasus dengan judul
“Teknik Pemeriksaan Vertebra Thoracal Pada Diagnosa Tuberkulosis ”.
B. Rumusan
Masalah
Penulis akan mengangkat
permasalahan antara lain:
1. Bagaimanakah
teknik pemeriksaan vertebra thoracal pada diangnosa Tuberkulosis?
2. Apakah
alasan dilakukannya proyeksi tambahan seperti Thorak AP, apakah akan mendukung
dalam pembacaan radiograf ?
3. Apakah
radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang diharapkan ?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut
1. Penulis ingin menjelaskan bagaimana prosedur
pemeriksaan Vertebra Thoracal dengan diagnosa Tuberkulosis .
2. Untuk mengetahui alasan dilakukannya proyeksi tambahan
seperti Thorak AP, apakah akan mendukung dalam pembacaan radiograf ?
3. Tujuan
penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui fungsi pemeriksaan thorax
AP pada pasien dengan diagnosa tuberkulosis.
D. Manfaat
Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan vertebra
Thoracal khususnya pada diagnosa tuberkulosis dan melatih dalam pembuatan
Laporan Kasus yang berkaitan dengan tugas – tugas profesionalisme.
2. Sebagai masukan radiografer, radiolog,
dan pihak yang terkait dalam melakukan pemeriksaan vertebra thoracal khususnya
pada diagnosa tuberculosis.
3. Bagi Politeknik Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Menambah khasanah ilmu teknik radiografi khususnya kasus
Tuberkulosis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anatomi
dan Fisiologi Vertebra Thoracal
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang
adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut
vertebra atau ruas tulang belakang ( Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis ). Di bagian dalam tulang terdapat rongga yang memanjang ke
bawah yang berisi sumsum tulang belakang yang merupakan jaringan saraf, bagian
dari susunan saraf pusat. Saraf tersebut mengatur gerakan otot dan organ lain,
seperti usus, jantung dan lainnya.
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri
dari :
Vertebra thoracal adalah bagian dari tulang belakang
yang dibatasi oleh vertebra cervical di bagian proximal dan vertebra lumbal di
bagian distal.
Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang
leher yang berjumlah 7 buah (CV I – CV VII). Vertebra servikalis merupakan
bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi vertebra servikalis dibagi
menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal
bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal
yang memiliki truktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus,
antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens
vertebra.Ruas tulang leher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan
persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke
belakang. Vertebra servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini
berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal
korpus bagian depan dan bagian belakang.
Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai
pendukung seluruh tengkorak. Atlas berbeda dengan vertebra servikalis lainnya
karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti cincin. Atlas
tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum posterior yang
kecil yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih bebas.
Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar
di sekitar tulang axis.Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan atas
korpus disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid (odontoid
process). Prosesus odontoid mirip dengan gigi .Permukaan depan dan belakang
dari dens didapati permukaan persendian disebut fasies artikularis anterior dan
posterior. Pada tulang ini prosesus transversus tidak jelas.
Ciri-ciri vertebra servikalis 7 (vertebra prominens) antara lain memiliki
prosesus spinosus yang panjang dan tidak bercabang, foramen transversus tidak
selalu ada.Vertebra sevical 7 meupakan vertebra servical yang terakhir yang di
miliki sevical yang kemudian bersedi pada vertebra thoraxcal.
Vertebrae thorakalis atau ruas tulang punggung lebih
besar daripada yang servikal dan di sebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri
khas vertebrae thorakalis adalah badannya berbentuk lebar – lonjong (berbentuk
jantung) dengan faset atau lekukan kecil sisi untuk menyambung costae,
lengkungnya agak kecil, Processus Spinosusnya panjang dan mengarah ke bawah
sedangkan Processus Transversus, yang membantu mendukung costae adalah tebal
dan kuat serta memuat faset persendian untuk costae.
Ruas vertebra
lumbal 1 berbatasan dengan vertebra throracal 12 Vertebra lumbal
korpusnya lebih besar dibanding vertebra lainnya. Bentuknya lebar dan padat
serta berbuntuk bulat telur. Foramen vertebralis berbentuk segitiga sedikit
lebih besar daripada thorakalis tetapi lebih kecil dari vertebra cervikalis.
Prosesus artikularis superior mengarah ke atas sedang prosesus artikularis
inferior mengarah kebawah. Zygaphofisial joint membentuk sudut 30-500 terhadap
MSP.
Tanda-Tanda
umum vertebra.
ü Tiap
vertebrae terdiri atas 2 bagian, yaitu :
·
Segment anterior : corpus vertebrae.
·
Segment posterior: arcus neuralis atau arcus vertebrae
ü Corpus &
arcus vertebrae membatasi suatu lubang yaitu : foramen vertebrale
ü Tanda-tanda
Khas Vertebra :
ü Pada corpus
bag dorsal dextra – sinistra tdp dataran sendi untuk bersendi dengan capitulum
costae yi : fovea costalis.
ü Pada proc
transversus tdp dataran sendi untuk sendi dgn tuberculum costae, kec : vert th
XI-XII yi : fovea costalis transversalis.
ü Corpus
vertebrae bentuk : jantung
ü Fovea
costalis sup
ü Fovea
costalis inf.
ü Bagian-Bagian
Vertebra
1. Arcus
Vertebra
Terdiri dari :
ü Sepasang
pediculus.
ü Sepasang
lamina.
ü 7 processus.
Terdiri dari: 4 proc articularis,2 proc transversus,1.proc spinosus
2. Corpus Vertebra
ü Bentuk
silinder.
ü Dataran
cranial & caudal tak rata ditempati oleh jar ikat fibrocartilago :
diskus intervertebralis.
ü Facies
anterior :
·
Lobang-lobang kecil tempat masuknya a. nutricia
ü Facies
posterior :
·
Satu lobang besar tempat keluarnya vena
basivertebralis
3. Pediculus
arcus vertebrae
ü Sepasang
kanan- kiri
ü Procesus
pendek tebal & berpangkal pada dataran dorsocranial corpus vertebrae.
ü Tonjolan
yang menghadap ke dorsal.
ü Tiap arcus
terdapat lekukan yaitu : incisura vertebralis superior et inferior
ü Diantara
incisura vertebralis superior et inferior membentuk suatu lobang yaitu :
foramen intervertebale yang dilalui N. spinalis & ggl spinalis.
4. Lamina
Vertebra
ü Sepasang.
ü Lanjutan
arcus ke dorso-medial.
ü Tipis &
lebar, dan bersatu di linea mediana.
ü Dataran
cranial & caudal yang menghadap ke ventral terlihat kasar , merupakan
tempat perlekatan lig.flavum.
5. Prosesus
Spinosus
ü Tonjolan ke
dorsal & kaudal, setelah ke-2 lamina bersatu.
ü Untuk tempat
perlekatan otot-otot & ligament
6. Procesus
articularis
ü Berpagkal
pada pertemuan antara pediculus & lamina.
ü Terdapat
sepasang sebelah sebelah cranial yaitu procesus articularis superior.
Dan sepasang sebelah caudal yaitu procesus articularis inferior
7. Prosesus
Transvesus
ü Sepasang
kanan –kiri.
ü Berpangkal
pada pertemuan pediculus & lamina
ü Terdapat
diantara proc articularis superior & inferior.
ü Perlekatan
otot-otot & ligamen
ü Fungsi
Tulang Vertebra
ü Penyokong
badan & meneruskan berat badan ke punggung & anggota bawah.
ü Melindungi
medulla spinalis dan selaputnya
ü Vertebra
cervical 4 dan 7
Vertebra Thoracalis
Keterangan
1. Proc.Spinosus
: panjang. Ujung bentuk tuberkel
2. Lamina Arcus
vertebralis : luas & tebal
3. Proc artic
Superior
4. Proc
transversus
5. Pediculus
arcus vertebrae
6. Corpus
vertebrae
7. Foramen
vertebrae
8.
Proc transversus
B. PATOLOGI
1. Tuberkulosis
a) Defenisi
Tuberculosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa dengan gejala yang bervariasi dan
ditandai dengan pembentukan tuberkel dan necrosis kaseosa pada jaringan setiap
organ yang terinfeksi.
Tuberkulosis tulang adalah suatu
proses peradangan kronik dan destruktif yang disebabkan basil tuberkulosa yang
menyebar secara hematogen dari focus jauh, dan hampir selalu berasal dari
paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu infeksi primer atau
pasca primer. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak.
b) Epidomologi
Tuberkulosis tulang belakang
merupakan kejadian yang paling umum dari tuberculosis tulang & itu terjadi
sekitar 50% dari semua kasus tuberkuosis tulang hampir 88% tentang kasus
infeksi atau peradangan tulang belakang yang kronis adalah tuberculous asal
(kemp et.al 1973). Area predileksi yang utama adalah Tulang belakang, Pinggul,
Lutut, Kaki, Siku, Tangan, dan Bahu. Rahang bawah (mandibula) dan sendi
temperomandibular adalah daerah yang paling sedikit kejadiannya.
Frekuensi tuberculosis tulang yang
paling tinggi adalah pada tulang belakang, biasanya di daerah vertebra torakal
atau vertebra lumbal, dan jarang terdapat di darah vertebra servikalis.
c) Etimologi
Penyebab Tuberculosis adalah
Micobacterium Tuberculosa. Kuman ini dapat menginfeksi manusia, seperti M.
bovis, M. kansasii, M. intracellular. Pada manusia paru-paru merupakan pintu
gerbang utama masuknya infeksi pada organ lain, bahkan bisa sampai menginfeksi
tulang.
d) Patofisiologi
Beberapa penderita tuberkulosis
Osteoarticular merupakan hasil penyebaran secara hematogen dari suatu infeksi
primer fokus jauh. Fokus primer mungkin terjadi di paru-paru atau di lymphonode
mediastinum, mesentry, daerah cervical dan ginjal. Infeksi menjangkau sistem
tulang melalui saluran vaskuler, yang biasanya arteri sebagai hasil bacillemia
atau kadang-kadang di dalam tulang belakang (axial skeleton) melalui vena
plexus batson’s . Tuberculosis tulang & sendi dikatakan akan berkembang 2
sampai 3 tahun setelah fokus primer.
Basil Tuberkulosis biasanya
menyangkut dalam spongiosa tulang. Pada tempat infeksi timbul osteitis, kaseasi
dan likuifaksi dengan pembentukan pus yang kemudian dapat mengalami
kalsifikasi. Berbeda dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukan tulang
baru pada tuberculosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.
Disamping itu periostitis dan sekwester hampir tidak ada. Pada tuberculosis
tulang ada kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau discus
intervertebra.
e) Gejala Klinis
Pada Arthritis Tuberkulosa
berlangsung lambat, kronik dan biasanya hanya mengenai 1 sendi, keluhan
biasanya ringan dan makin lama makin berat disertai perasaan lelah pada sore
dan malam hari, subfebris, penurunan berat badan. Keluhan yang lebih berat
seperti panas tinggi, malaise, keringat malam, anoreksia biasanya bersamaan
dengan tuberculosis milier.
Pada sendi, mula-mula jarang timbul
gambaran yang khas seperti pada arthritis yang lainnya. Tanda awal berupa
bengkak, nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Kulit diatas daerah yang
terkena teraba panas, kadang-kadang malah dingin, berwarna merah kebiruan. Bisa
terjadi sendi berada dalam kedudukan fleksi berkelanjutan dan mungkin disertai
tenosinovitis.
Pada anak-anak dapat ditemukan spasme
otot pada malam hari (night start). Mungkin disertai demam, tapi biasanya
ringan. Pada kasus yang berat, kelemahan otot bisa terjadi sedemikian cepatnya
menyerupai kelumpuhan.
Bila pinggul yang terkena, maka
terjadi kelemahan tungkai dengan sedikit rasa tidak enak. Dalam keadan yang
lanjut dan berat, pasien sukar menggerakkan dan mengangkat tungkai pada sendi
pinggul yang terkena, disertai rasa sakit yang sangat mengganggu disekitar paha
dan daerah pinggul tersebut.
Tuberkulosis vertebra (penyakit pott)
biasanya terjadi didaerah thoracolumbal. Penyakit pott merupakan 50% dari
seluruh kasus tuberculosis tulang dan sendi. Pada mulanya seluruh kasus
Tuberculosis tulang dan sendi. Pada mulanya proses tejadi di bagian depan
discus intervertebra, menyebabkan penyempitan ruang discus, memberi keluhan
nyeri punggung yang menahun, kemudian disertai munculnya kifosis runcing akibat
remuknya korpus vertebra yang terkena yang disebut gibbus. Gangguan neurologis
terjadi karena terkenanya spinal cord atau adanya meningitis.
f)
Diagnosa
Di Negara berkembang diagnosis
tuberculosis tulang dan sendi dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan
radiologik. Penyakit Tuberculosis tulang dapat
mengenai hampir seluruh tulang, tapi yang paling sering adalah Tuberkulosis
pada Tulang Panjang, Tuberkulosis pada Tulang Belakang, Tuberkulosis pada
Trokanter Mayor, Daktilis Tuberkulosis, Artritis Tuberkulosis, Koksitis
Tuberkulosis, Tuberkulosis Sendi Lutut, Tuberkulosis Sendi Bahu, Tuberkulosis
Sendi Siku. Pemeriksaan klinis yang dilakukan dengan melihat tanda dan gejala
yang ada dan melakukan pemeriksaan laboratorium ( LED meningkat, test sputum
BTA, test tuberculin ), dan pada pemeriksaan radiologis dapat dilakukan photo
toraks PA karena penyakit TB tulang dapat disebabkan karena penyebaran dari TB
paru, jika ada kecurigaan infeksi pada tulang maka dapat dilakukan photo pada
tulang (photo polos posisi AP, Lateral dan CT-Scan atau MRI).
2. Pancoast tumor
Kanker paru
merupakan penyakit ganas yang makin meningkat di dunia, yang biasanya timbul
pada dasawarsa ke enam. Polusi udara, khususnya akibat merokok merupakan faktor
penyebab. Orang yang beresiko tinggi, ialah wanita maupun pria yang merokok
lebih dari 20 tahun dan berumur diatas 50 tahun. Karsinoma paru adalah penyakit
letal. Jika sudah ada gejala atau tanda dari penyakit, ternyata 75 % sudah
tidak dapat sembuh lagi.
Pancoast
tumor adalah suatu bronkogenik karsinoma yang berlokasi di celah apikal
pleuropulmonary (sulkus superior), dapat menginvasi plexus brachialis, nervus intercostalis,
ganglion stellata, serta costa dan vertebra yang terdekat.
Sebuah
tumor pada sulkus paru superior biasanya memberi karakteristik berupa sindrom
klinik yang disebabkan oleh karena lokasi tumor yang berada pada apeks lobus
superior paru. Pada waktu lampau, lesi ini dianggap memiliki resisten terhadap
radiasi dan tidak dapat direseksi secara komplit dan kuratif, sehingga dianggap
harapan hidup setelah diagnosa tumor pancoast ditegakkan adalah 10 hingga 14
bulan.
Pengenalan klinis yang cermat disertai
pemeriksaan radiologi, bronkoskopi sekaligus sitologi brush dan biopsi,
merupakan cara yang biasa dipergunakan untuk menemukan tumor ini sedini
mungkin. Tumor yang letaknya di perifer, dan sulit dicapai bronkoskopi,
alternative alat diagnostik terbaik adalah biopsi aspirasi transthorakal.
Kemajuan tehnologi diagnostik dan terapetik diharapkan dapat meningkatkan angka
harapan hidup pasien.
Merokok
adalah penyebab dominant kanker paru, walaupun rangsangan lain seperti polusi
udara dan radiasi dapat memperbesar efek dari merokok. Faktor yang
mengesankan–statistik, klinik dan eksperimental–menunjukkan keterlibatan
merokok. Secara statistik, ada korelasi yang hampir linear antara frekuensi
kanker paru dan lamanya merokok. Resiko naik menjadi 20 kali lebih besar pada
perokok berat , 40 atau lebih rokok sehari untuk jangka beberapa tahun
Bukti
klinik sebagian besar tergantung dari kelainan progresif pada lapisan epitel
saluran nafas pada kebiasaan merokok. Adanya korelasi linear antara intensitas
hubungan merokok dengan perubahan epitel yang makin memburuk dimulai dengan
metaplasia skuamos yang atipik, lalu displasia dan akhirnya karsinoma insitu.
Bukti
eksperimen, walaupun dihitung setiap tahun, kekurangan suatu hal yang
penting–sampai saat ini belum mungkin membuktikan terjadinya kanker pada
binatang percobaan yang terpapar pada asap rokok. Meskipun demikian, asap rokok
mengkondensasi suatu bahan tumorigenik yang lembut seperti hodrokarbon
pilosiklis dan mutagen yang poten serta karsinogen. Walaupun tanpa model
percobaan, hubungan antara asap rokok dengan kanker paru makin besar juga.
Rangsangan
lain mungkin bereaksi bersama – sama dengan asap rokok atau kemungkinan
rangsangan ini sendiri yang menyebabkan terjadinya kanker paru. Polusi udara
lingkungan dan tempat kerja tidak diragukan lagi dapat menaikkan insiden
neoplasia jenis ini yaitu pada pertambangan bahan radio aktif, pada pekerja
asbes (terutama bila ditambahi dengan merokok) dan pada mereka yang banyak
berhubungan pada debu yang mengandung arsen, kromium, uranium, nikel, vinil
klorida dan gas mustar di tempat kerja.
Perokok
berat yang berhubungan dengan asbes memiliki 90 kali resiko lebih besar
terjadinya kanker paru dari pada non perokok yang berhubungan dengan asbes.
Orang-orang dengan riwayat terpapar radiasi (pekerja tambang bijih – bijih
bahan radioaktif, mereka yang terkena bekas ledakan bom atom) telah menaikkan
insiden kanker paru.
Untuk
kepentingan klinis, kanker paru dibedakan menjadi small cell carcinoma dan
non-small cell carsinoma. Penanganan small cell carcinoma berbeda dengan
non-small cell carsinoma, karena small cell carcinoma sangat ganas dan dianggap
waktu ditemukan sudah ada mestatasis di tempat lain.
Lebih
dari 95 % pancoast tumor adalah jenis non-small cell carsinoma. Dari jenis ini,
52 % adalah carcinoma sel squamous atau adenocarsinoma dan sel besar
carcinoma (kurang lebih 23 % untuk setiap subtype). Sel kecil carcinoma
dijumpai kurang dari 5 % pada keseluruhan kasus.
Kurang
lebih 80 % pasien karsinoma paru diperkirakan karena rokok. Tar yang dihasilkan
rokok merupakan bahan karsinogenik, melengket pada mukosa saluran nafas dan
dalam waktu yang lama menimbulkan perubahan sel epitel : silia epitel
menghilang, sel cadangan hiperplasia dan mengalami metaplasia sel skuamos.
Lambat laun sel epitel berubah dalam bentuk displasia dan kemudian menjadi
karsinoma dalam berbagai bentuk tipe histopatologi. Polusi udara atau perubahan
lingkungan juga dikenal sebagai faktor penyebab karsinoma paru. Pada buruh yang
bekerja di pabrik asbes, nikel dan tambang, insiden karsinoma paru meningkat.
Cacat di paru misalnya parut karena kaverne yang menyembuh merupakan tempat
yang potensial untuk timbulnya karsinoma.
GambaranKlinis
Pada anamnese, didapatkan riwayat merokok pada pasien. Pada pemeriksaan neurologist, tidak ditemukan kelainan neurologis lain yang bersifat fokal, maka pada langkah selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan foto thorax untuk mencari tumor apeks paru. Nyeri pada lengan yang bersifat turun menjalar terutama pada lengan bagian dalam, dapat menjadi tanda yang pertama dijumpai pada Pancoast tumor. Nyeri pada lengan disebabkan oleh invasi tumor
pada plexus
brakialis.
Pada
pancoast tumor di dapatkan tiga gejala klasik yang disebut sindrom Horner’s.
Trias klasik ini terdiri atas miosis, ptosis, dan anhidrosis yang bersifat
ipsilateral. Dari ketiga tanda ini anhidrosis merupakan tanda yang jarang
dijumpai atau sulit dinilai. Sindrom Horner’s disebabkan oleh invasi neoplasma
pada saraf paravertebral simpatis. Kerusakan pada saraf simpatis berakibat
terhadap nervus cranial yang menyebabkan otot dilator iris mengalami parese.
Kelemahan, atropi, dan parastesi pada tangan atau lengan juga dapat menjadi
tanda yang dijumpai. Pada 25% pasien, tekanan pada spinal cord dan timbulnya paraplegi,
disebabkan oleh karena invasi tumor ke dalam foramen intervertebra. Manifestasi
klinik lainnya yang jarang dijumpai adalah sindrom vena cava superior, dimana
kompresi pada vena cava superior menyebabkan dipsnue serta udem pada wajah dan
ekstremitas bagian atas.
Pada
pemeriksaan fisik, jari tangan berbentuk tabuh, bentuk dinding toraks berubah
dan trachea mengalami devisiasi. Kadang – kadang tumor di daerah perifer meluas
pada dinding toraks dan muncul berupa penonjolan.Pembesaran kelenjar getah bening
di leher dan aksila merupakan manifestasi metastatis karsinoma paru dan dalam
keadaan tertentu merupakan kunci untuk diagnostic tumor. Adanya suara nafas
nyaring mirip asma bronchial merupakan salah satu simptom. Pada stadium lanjut,
muncul gejala klinik lebih berat : suara parau, sindrom Homer, sindrom vena
cava, sindrom pancoast dan gejala neurologik.
Gambaran
Radiologi
Pemeriksaan fluoroskopi atau foto paru
merupakan alat diagnostic yang menentukan. Perselubungan di apeks paru sering
disalah diagnosiskan dengan proses spesifik tuberculosis paru. Bila pengobatan
spesifik selama 4 – 8 minggu tidak membawa perbaikan, sebaiknya dipikirkan
kemungkinan karsinoma paru. Perselubungan yang disertai klasifikasi lebih
banyak disebabkan oleh kelainan jinak. Pada kasus yang meragukan dianjurkan
pemeriksaan CTScan.
C. TEKNIK RADIOGRAFI
1. Proyeksi AP vetebra thoracal
ü Posisi
Penderita
§
Tidur supine diatas meja pemeriksaan, dengan kedua
tangan disamping tubuh.
§
Letakan tangan pasien di samping dan atur bahu sampai
sejajar dengan garis horizontal
§
Jika pasien tidur supine letakan kepala di atas meja
pemeriksaaan /di beri bantalan untuk menekan kebengkokan troracal.
ü Posisi
Object
§
Atur MSP tubuh berada ditengah meja pemeriksaan
§
Atur kedua knee joint dan hip joint fleksi
§
Pastikan tak ada rotasi dari thoracal.
ü Arah Sinar
§
Atur tepi atas kaset 3-5 cm dari soulder joint
§
CR tegak lurus pada kaset
§
CP pada TH-7 atau 8 – 9 cm di bawah jugular notch.
§
FFD 100 cm
§ Exposi : pada expirasi dan tahan napas.Kaset 30 x 40
Kreteria radiograf
·
Nampak seluruh tulang vertebra
·
Prosesus spinosus berada di tengah
·
Colum vertebra berada di tengah
·
Nampak ribs,shoulders,paru dan diafragma
2. Proyeksi Lateral vetebra thoracal
ü Posisi
penderita
§ Posisi
pasien tidur miring kesalah satu sisi dengan kepala diatas bantal dan kaki
ditekuk (fleksi).
ü Posisi
object
§ Atur mid
koronal plane ditengah meja pemeriksaan atau kaset.
§ Letakkan
spon dibawah abdomen, sehingga thorakal lurus
§ Kedua knee
dan hip joint ditekuk
§ Pastikan tak
ada rotasi shoulder dan pelvis
ü Arah sinar
§ Atur
tepi atas kaset setinggi 5 cm dari shoulder joint
§ CR tegak
lurus pada Mid coronal plane
§ CP pada TH 7
( 8 – 9 cm di bawah jugular nocth) atau 18-21 cm dari vertebrae prominen (C-7)
§ FFD 100cm
§ Exposure :
expirasi dan tahan napas.
Kreteria radiografi
§
Nampak vertebra secara jelas melalui ribs dan paru
§
Kedua belas tulang vertebra berada di tengah gambaran
§
Ribs superposisi posterior
§
Nampak intervertebral disk spe
D. TEKNIK RADIOGRAFI DAN PERSIAPAN
ALAT
Ø Teknik Radiografi
1. Persiapan
Pasien
Tidak ada persiapan khusus, pasien cukup diberikan
penjelasan atau arahan mengenai prosedur yang akan dilakukan. Beri tahu pasien untuk melepas benda-benda yang berada di sekitar daerah
yang akan difoto agar membebaskan daerah yang di foto dari benda-benda
asing yang mengganggu gambaran radiograf.
2. Persiapan
Alat
ü Pesawat
X-Ray
1. Pesawat Unit
:
·
Merk
:
Siemens
·
Control Table
: Erghophos 4
·
No. Seri :
R18650157
2. Tabung Sinar-X :
·
Anoda :
Anoda Putar
·
Type
: P 150/30/50-100
·
No Model
:
8855207V2135
·
No.
Seri :
804024
3. Vocal Spot:
· Focus
Besar :
2,0 mm
· Focus Kecil
: 1,2 mm
4. Tegangan Maksimum :
125 kV
5. mAs maksimum
: 1000 mAs
ü Kaset dan
film ukuran 30 x 40 cm dan 35 x 35 cm
ü Bucky table
ü Marker
ü Manual
prosesing
Ø Proyeksi AP
ü Posisi
Penderita
§
Tidur supine diatas meja pemeriksaan, dengan kedua
tangan disamping tubuh.
§ Letakan
tangan pasien di samping dan atur bahu sampai sejajar dengan garis horizontal
§ Jika pasien
tidur supine letakan kepala di atas meja pemeriksaaan /di beri bantalan untuk
menekan kebengkokan troracal.
ü Posisi Object
§
Atur MSP tubuh berada ditengah meja pemeriksaan
§ Atur kedua
knee joint dan hip joint fleksi
§ Pastikan tak
ada rotasi dari thorakal.
ü Arah Sinar
§
Atur tepi atas kaset 3-5 cm dari soulder joint
§ CR tegak
lurus pada kaset
§ CP pada TH-7
atau (8 – 10 cm di bawah jugular notch).
§ FFD :100
cm
§ Exposi :
pada expirasi dan tahan napas.
§ Kv 86 dan
mAs adalah 50
§ Kaset 30 x
40 cm dan grid
Ø Proyeksi
Lateral
ü Posisi
penderita : Posisi pasien tidur miring kesalah satu sisi dengan kepala diatas
bantal dan kaki ditekuk (fleksi).
ü Posisi
object
·
Atur mid koronal plane ditengah meja pemeriksaan atau
kaset.
·
Letakkan spon dibawah abdomen, sehingga thorakal lurus
·
Kedua knee dan hip joint ditekuk
·
Pastikan tak ada rotasi shoulder dan pelvis
ü Arah sinar
·
Atur tepi atas kaset setinggi 5 cm dari
shoulder joint
·
CR tegak lurus pada Mid coronal plane
·
CP pada TH 7 ( 8 – 10 cm di bawah jugular nocth)
·
FFD 100cm
·
Exposure : expirasi dan tahan napas.
·
Kv yang di gunakan 100 dan mAs 60
·
Kaset 30 x 40 cm dan grid
Ø Proteksi
a. Proteksi
Pasien
·
Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan
penyinaran.
·
Meminimalisir kesalahan agar tidak terjadi pengulangan
foto.
b. Proteksi
Bagi Petugas.
·
Berlindung pada tabir saat melakukan eksposi.
c. Proteksi
Untuk Masyarakat.
·
Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
laporan kasus yang berjudul "Teknik Pemeriksaan Vertebra thoracal Pada
Diagnosa Tuberkulosis" dapat diambil kesimpulan
·
Pemeriksaa vertebra thoracal
dengan Tuberkulosis ini dilakukan dengan proyeksi anteroposterior dan lateral.
·
Pemeriksaan vertebra thoracal
sudah dapat memberikan informasi sesuai yang diperlukan dan telah sesuai
dengan standart teori
·
Proyeksi tambahan Thorak AP
berfungsi untuk melihat penyebab dr terjadinya destruksi pada vertrebra
thoraxcal di mana terdapat tumor pancoast pada costae.
B.
Saran
·
Sebaiknya proteksi pasien lebih diperhatikan lagi
contohnya dengan menggunakan appron pada pasien atau dengan menutupi organ
sensitiv pasien dengan pelindung gonad.
·
Mengunakan kolimasi sesuai proyeksi jangan terlalu
luas karena dapat memberikan radiasi yang berlebih terhadap pasien dan dapat
menghemat penggunaan film.
·
Tidak membiarkan keluarga pasien ikut masuk ke dalam
ruang pemeriksaan. Kalaupun hal itu dilakukan sebaiknya dipakaikan apron pada
keluarga pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
v Ballinger,
W. J Philip, 1995, Meril’s Atlas Of Radiographic Positioning And Radiologic
Prosedure, Volume One, Eighth Edition, Mosby Year Book, Amerika
v Bontrager,
Kenneth. L, 2001, Text Book Of Radiographic Positioning And Related
Anatomi, Fifth Edition, The Mosby, St. Louis
v http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-compresi-torakal.html
0 komentar:
Posting Komentar