Sabtu, 30 Mei 2015 | By: Shultan Daffa Ibnu Hafidz

OS HUMERUS PADA KASUS FRAKTUR

BAB I
PENDAHULUAN



A.  LATAR BELAKANG

            Daerah lumbal terdiri atas Lumbal 1 sampai Lumbal 5 dan Lumbal 5 – Sakrum 1 yang paling besar menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan stress mekanikal paling besar sepanjang vertebra (Bellenir K, 2008). Menurut The Healthy Back Institute (2010), daerah lumbal merupakan daerah vertebra yang sangat peka terhadap terjadinya nyeri pinggang karena daerah lumbal paling besar menerima beban saat tubuh bergerak dan saat menumpuh berat badan. Disamping itu, gerakan membawa atau mengangkat objek yang sangat berat biasanya dapat menyebabkan terjadinya cidera pada lumbar spine.
            Nyeri pinggang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Kondisi-kondisi yang umumnya menyebabkan nyeri pinggang adalah strain lumbar, iritasi saraf, radiculopathy lumbar, gangguan pada tulang (stenosis spinal, spondylolisthesis), kondisi-kondisi sendi dan tulang (spondylosis), dan kondisi-kondisi tulang kongenital (spina bifida dan skoliosis) (William C. Shiel Jr, 2009). Diantara kondisi tersebut, telah diobservasi bahwa sekitar 90% pasien nyeri pinggang mengalami spondylosis lumbar (Jupiter Infomedia, 2009). Sedangkan menurut Kelly Redden (2009), nyeri pinggang dibagi atas 2 bagian yaitu mekanikal nyeri pinggang dan non-mekanikal nyeri pinggang. Mekanikal nyeri pinggang terdiri dari lumbar strain/sprain, spondylosis lumbal, piriformis syndrome, herniasi diskus, spinal stenosis, fraktur kompresi osteoporotik, spondylolisthesis, fraktur traumatik, dan penyakit kongenital (skoliosis). Diantara kondisi tersebut, spondylosis lumbal menduduki peringkat kedua dengan persentase 10% dari mekanikal nyeri pinggang sedangkan lumbar strain/sprain memiliki persentase terbanyak yaitu 70% dari mekanikal nyeri pinggang.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar (Jupiter Infomedia, 2009).
Spondylosis lumbal merupakan kelompok kondisi Osteoarthritis yang menyebabkan perubahan degeneratif pada intervertebral joint dan apophyseal joint (facet joint). Kondisi ini terjadi pada usia 30 – 45 tahun namun paling banyak terjadi pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki. Sedangkan faktor resiko terjadinya spondylosis lumbar adalah faktor kebiasaan postur yang jelek, stress mekanikal dalam aktivitas pekerjaan, dan tipe tubuh. Perubahan degeneratif pada lumbar dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala) dan simptomatik (muncul gejala/keluhan). Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, dan keterbatasan gerak kesegala arah (Ann Thomson, 1991).
Problem nyeri, spasme dan keterbatasan gerak dapat ditangani dengan intervensi fisioterapi. Berbagai modalitas dapat digunakan untuk mengatasi problem tersebut. Pemberian Short Wave Diathermy yang menghasilkan efek thermal dapat menurunkan nyeri dan spasme otot. Adanya efek panas yang sedatif dapat merangsang ujung saraf sensorik dan proprioseptor sehingga nyeri dan spasme otot lambat laun akan menurun (Hilary Wadsworth, 1988). Kemudian pemberian William Flexion Exercise dapat menghasilkan peningkatan stabilitas lumbal dan menambah luas gerak sendi pada lumbal melalui peningkatan fleksibilitas dan elastisitas otot (Paul Hooper, 1999).

B. Rumusan Masalah

1.     Bagaimana prosedur pelaksanaan teknik pemeriksaan pada Kasus   Lumbal Sakrum dengan Klinis LBP ( Low Back pain ) ?
2.  Bagaimanakah kelebihan pemeriksaan menggunakan proyeksi Antero Posterior dan Lateral ?

C. Tujuan Penulisan 

1. Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi  LUMBAL SAKRUM Proyeksi AP(Antero- Posterior) dan Lateral pada kasus LBP( Low Back Pain).
2. Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi Lumbal Sakrum.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa Akademi Rontgen.

4.  Mahasiwa dapat Menentukan proyeksi pemotretan yang akan digunakan sesuai dengan formulir permintaan foto dan kondisi pasien.
5.  Mahasiswa dapat menerapkan kaidah  proteksi radiasi dalam pemotretan Lumbal Sakrum.
      

D. Manfaat Penulisan

1.  Bagi Rumah Sakit khususnya Instalasi Radiologi
     Dapat dipakai sebagai masukan dalam prosedur pemeriksaan radiografi Lumbal Sakrum.
2.  Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana cara pemeriksaan Lumbal Sakrum
3.  Bagi Akademik Dapat dipakai sebagai literatur tambahan dan bahan acuan untuk pemeriksaan lebih lanjut tentang pemeriksaan Lumbal Sakrum.

BAB II
PEMBAHASAN



a)  Definisi Spondylosis Lumbal


 










            Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat, sponsylosis adalah kondisi dimana telah terjadi degenerasi pada  sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus vertebra dan ligamen (terutama ligamen flavum) (John J. Regan, 2010).





b)  Anatomi

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999)
 
















Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang. (Syaifuddin)
Anatomi yang akan diuraikan dalam Karya Tulis Ilmiah ini merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbosakral yang terdiri atas vertebra lumbal dan sakrum.

c)  Vertebra Lumbal


 














Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum. Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi. Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung danmenghadap keanterolateralis (Ballinger,1995).


d)  Sakrum
            Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.

 














            ada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri(Evelyn, 1999).


e)  Fisiologi
            Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot. (Bajpai, 1991)
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang. Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung (Amstrong, 1989).

f)   Etiologi dan Faktor Resiko

            Spondylosis lumbal muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif.  Spondylosis lumbal banyak pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak pada usia 45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal adalah (Bruce M. Rothschild, 2009). :
a.    Kebiasaan postur yang jelek
b.    Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan mengangkat, twisting dan membawa/memindahkan barang.
c.    Tipe tubuh
Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi pada vertebra lumbal yaitu (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009) :
a.     Faktor usia, beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang khususnya pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi menunjukkan bahwa spondylitis deformans atau spondylosis meningkat secara linear sekitar 0% - 72% antara usia 39 – 70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan sekitar 98% pada usia 70 tahun.
b.   Stress akibat aktivitas dan pekerjaan, degenerasi diskus juga berkaitan dengan aktivitas-aktivitas tertentu. Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada lumbar, indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari (twisting, mengangkat, membungkuk, postur jelek yang terus menerus), dan vibrasi seluruh      tubuh (seperti berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang dapat meningkatkan      kemungkinan spondylosis dan keparahan spondylosis.
c.  Peran herediter, Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi diskus. Penelitian Spector and MacGregor  menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang ditemukan padaosteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter. Kedua penelitian tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif yang menunjukkan bahwa sekitar ½ (47 – 66%) spondylosis berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan, sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan beban fisik dan resistance training.
d.     Adaptasi fungsional, Penelitian Humzah and Soames menjelaskan bahwa perubahan  degeneratif pada diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan kinematik vertebra. Osteofit mungkin terbentuk dalam proses degenerasi dan kerusakan cartilaginous  mungkin terjadi tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat terbentuk akibat adanya adaptasi fungsional terhadap instabilitas atau perubahan tuntutan pada vertebra  lumbar.

g)  Patofisiologi

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:
a.    Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi.
b.   Nucleus pulposus kehilangan cairan
c.    Tinggi diskus berkurang
d.   Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tandadan gejala.Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture. Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis. (Darlene Hertling and Randolph M. Kessler, 2006).

h)  Gambaran klinis

            Perubahan degeneratif dapat menghasilkan nyeri pada axial spine akibat iritasi nociceptive yang diidentifikasi terdapat didalam facet joint, diskus intervertebralis, sacroiliaca joint, akar saraf duramater, dan struktur myofascial didalam axial spine (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009).Perubahan degenerasi anatomis tersebut dapat mencapai puncaknya dalam gambaran klinis dari stenosis spinalis, atau penyempitan didalam canalis spinal melalui pertumbuhan osteofit yang progresif, hipertropi processus articular inferior, herniasi diskus, bulging (penonjolan) dari ligamen flavum, atau spondylolisthesis. Gambaran klinis yang muncul berupa neurogenik claudication, yang mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai, serta rasa kebas dan kelemahan motorik pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan, dan diperingan saat duduk dan tidur terlentang (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009).
Karakteristik dari spondylosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari. Biasanya segmen yang terlibat lebih dari satu segmen. Pada saat aktivitas, biasa timbul nyeri karena gerakan dapat merangsang serabut nyeri dilapisan luar annulus fibrosus dan facet joint. Duduk dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri dan gejala-gejala lain akibat tekanan pada vertebra lumbar. Gerakan yang berulang seperti mengangkat beban dan membungkuk (seperti pekerjaan manual dipabrik) dapat meningkatkan nyeri (John J. Regan, 2010).

i)    Teknik radiografi

Dalam pemeriksaan Spondyolosis dibuat foto polos Lumbo Sakrum. Dengan menampakkan besar (ukuran) Tulang Vertebrae Lumbal Dan Sakrum.dan pada  Proyeksi yang diambil antero-posterior (AP) Dan Lateral.
Teknik Pemeriksaan Lumbosakral
Persiapan pemeriksaan pasien
a.Persiapan Pasien
1.Pasien ganti baju dan melepaskan benda-benda yang mengganggu gambaran radiograf.
2.Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
b.Persiapan Alat dan bahan

Alat–alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan vertebra lumbosakral antara lain :






1.Pesawat sinar-X siap pakai

 















2.Kaset dan film sinar-X sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan (30 x 40 atau 35 x 43)

 














 3. Marker untuk identifikasi radiograf


 
















 4.Grid atau bucky table
 












5.Alat fiksasi bila diperlukan
6.Alat pengolah film

Proyeksi pemeriksaan
Ø Proyeksi Anteroposterior
1.Tujuan                    : Untuk melihat patologi lumbal, fraktur dan scoliosis.
2.Posisi Pasien        : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.
3.Posisi Obyek         :
(a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).
(b) Letakkan kedua tangan diatas dada.
(c) Tidak ada rotasi tarsal / pelvis.


 












Gambar. Posisi Anteroposterior



4.Sinar
CR : Tegak lurus kaset
CP :
(a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.
(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
FFD : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

No
Ketebalan Obyek
KV
MA
SEC.
1
Kurus
67
200
0,160
2
Sedang
73
200
0,160
3
Gemuk
80
200
0,160
 
Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
Ø Proyeksi Lateral
1.Tujuan : Untuk melihat fraktur, spondilolistesis dan osteoporosis.
2.Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi pengganjal.
3.Posisi Obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).
(b) Pelvis dan tarsal true lateral
(c) Letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus)

 













Gambar. Posisi Lateral


4.Sinar
CR : Tegak lurus kaset.
CP :
(a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.
(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
SID : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

NO

KETEBALAN OBYEK

KV

MA

SEC.
1
Kurus
70
200
0,250
2
Sedang
75
200
0,250
3
Gemuk
83
200
0.250
Kriteria :
(a) Tampak foramen intervertebralis L1 – L4, Corpus vertebrae, space intervertebrae, prosessus spinosus dan L5 – S1.
(b) Tidak ada rotasi.

j)    Proteksi radiasi

Proteksi Radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion. 
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut: 
1. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas.

Ø justifikasi 
2. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas

Ø optimasi
3. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas.

Ø limitasi
Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan. 
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). (BAPETEN, 2001):

Ø Proteksi radiasi untuk masyarakat umum :
-    Nilai batas dosis radiasi untuk masyarakat umum adalah 5 mSv/tahun  atau 1/10 dari pekerja radiasi.
-    Nilai batas dosis untuk penyinaran lokal adalah 50 mSv (5 rem) / tahun selain lensa mata 15 mSv (1,5 rem) / tahun.
-    Pengantar pasien atau perawat tidak diperbolehkan berada di dalam ruang pemeriksaan pada waktu eksposi.
-    Bangunan instalasi radiologi dirancang sedemikian rupa sehingga radiasi hambur dapat diserap.

Ø Proteksi radiasi untuk pasien
-    Membatasi luas lapangan penyinaran.
-    Gunakan apron untuk melindungi gonad pasien, ini seharusnya dilakukan pada pasien.
-   Mengatur dosis radiasi sesuai kondisi obyek yang akan diperiksa/meminimalisasi dosis radiasi.
-   Memposisikan pasien dengan benar sehingga dapat mengurangi terjadinya pengulangan pemotretan.
Ø Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi :
-   Nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun atau ( 5 rem) / tahun.
-    Pekerja radiasi tidak dibenarkan memegang pasien selama eksposi.
-    Hindari penyinaran bagian-bagian yang tidak terlindungi.
-    Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb dengan tebal 0,5 mmPb.
-    Gunakan alat pengukur radiasi.
-    Periksa perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan apabila ada kemungkinan bocor/rusak.















 


 

 


BAB III
PENUTUP



A.  KESIMPULAN

            Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus).
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.
Dalam pemeriksaan Spondyolosis dibuat foto polos Lumbo Sakrum. Dengan menampakkan besar (ukuran) Tulang Vertebrae Lumbal Dan Sakrum.dan pada  Proyeksi yang diambil antero-posterior (AP) Dan Lateral.

B. SARAN

Penyusunan laporan ini masih jauh dari kekurangan, untuk itu saya sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga lapoaran ini menjadi lebih baik dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
Untuk tenaga medis khususnya calon radiografer, hendaknya kita selalu memahami dan menerapkan aplikasi dari ilmu anatomi fisiologi yang berhubungan dengan radiologi, sehingga dalam praktiknya nanti kita dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan radiologi.

DAFTAR PUSTAKA



v  http://www..com/doc/Spondylosis-Lumbalis



0 komentar:

Posting Komentar